Profil

Rabu, 21 April 2010

Pagelaran Kesenian Jawa

Kamis, 15 April 2010

MUSIK MODERN VERSUS TEMBANG JAWA


Musik, mungkin hanya dengan menyebutkan satu kat ini kta dapat mengimajinasikan diri kedalam alunan kata ataupun hentakan nada-nada yang membuat kita tersentak. Tetapi hal ini akan berbanding terbalik dengan apabila kita mendengar sinden menyanyikan sesuatu yang mirip dengan musik atau lagu tetapi dengan bahasa yang sedikit aneh dan sulit dipahami, bahkan akan mudah menghantarkan kita ke dunia mimpi.

Padahal yang dimaksudkan disini adalah tembang jawa atau lagu jawa, sebuah harta karun warisan dari nenek moyang kita yang tidak tahu bagaimana cara melestarikannya. Ironis memang, tetapi beginilah kenyataan yang ada. Anak cucu yang hanya diberi amanat untuk mempertahankan, tetapi malah tak pernah memepelajarinya. Jangankan mempelajari melirikpun mungkin hanya beberapa yang tertarik.

Kita sering mendengar suara dari Ariel “Peterpan”, Rian “d’masiv” , atau Bams “Samsons”. Tetapi pernahkah kita mendengar orang yang “nembang” macapat...??? Mungkin, Tidak...!! Pagelaran “Macapatan” (melantunkan tembang Jawa), yang merupakan tradisi di kalangan suku Jawa di Indonesia. Beberapa waktu lalu mengalun di Suriname, tradisi macapat diadakan untuk menghidupkan kembali dan untuk melestarikan budaya Jawa oleh para etnis Jawa di Suriname. Tradisi ini juga pernah hidup sebelum Suriname merdeka.

Namun saat ini sudah hampir punah. Semua jenis tembang macapat (Asmarandana, Dandanggula, Durma, Gambuh, Kinanthi, Maskumambang, Megatruh, Mijil, Pangkur, Pucung, dan Sinom) ditampilkan para hadirin, termasuk Dubes Suparmin Sunjoyo yang melantunkan Pangkur dan Maskumambang. Dua staf KBRI Paramaribo yang menembang Dandanggula, Megatruh, Durma, dan Asmarandana. Seharusnya kita saam seperti gambar diatas. Seorang Menkokesra yang mengangkat keris di tangan kanannya, berarti kita harus selalu menggkat tangan untuk melestaraikan budaya Jawa. Masa’ kita kalah dengan Suriname...??? Nah biar tidak kalah, mari kita belajar kilat dari bacaan di bawah ini:

Untuk para pemula kita buaka bahasan dengan tembang mocopat. Tembang mocopat berbeda dengan tembang Jawa yang lainnya, tembang Macapat sendiri diartikan “Lagu wiengku ing sastra”, yaitu lebih di pentingkan sastranya daripada lagunya. Ada sementara oranfg bahwa Macapat berarti maca papat-papat (memebaca empat-empat). Pengetian seperti ini adalah “salah kaprah” , yaitu salah dainggap benar.

Padahal Macapat ini adalah “maca pat lagu” , artinya tembang waosan keempat, yaitu temabng cilik atau macapat. Tembang/sekar pat adalah lagu yang terikat oleh aturan-aturan tertentu, yaitu :

1. Terikat oleh banyaknya gatra atau padalingsa yaitu banyaknya baris dalam tiap bait tembang.

2. Terikat oleh guru wilangan, yaitu banyaknya suku kata dalam baris tembang.

3. Terikat oleh guru-gur atau jatunya suara akhir pada tiap gatra atau baris tembang. Dalam istilah lain diatur jatuhnya dhong-dhing atau jatuhnya suara (a-i-u-e/e)

Sebenarnya tembang macapt sendiri terbagi menjadi beberapa jenis tembang, yakni antara lain :

1. Maskumambang 5. Asmaradhana 9. Dhandhanggula

2. Pucung 6. Durma 10. Megatruh

3. Mijil 7. Pangkur 11. Gambuh

4. Kinanthi 8. Sinom

Sudah jelas kan pengertiannya...??? Nah sekarang kita langsung praktekkan pada beberapa tembang yang relatif mudah berikut ini:

1. Sekar POCUNG laras Slendro Pathet Manyura.

6 6 5 3 1 1 1 2 6 6 5 3

mu - rid i- ku wa - jib bek - ti lan mi - tu – hu

ma- rang i- bu nyu- wun ber- kah lan pa- nges- tu

1 2 6 3 2 1

pi- tu- tur - ing dwi- ja

mu- ga den pa - reng - na

1 2 1 3 2 1 216 6

.

sa- ba rang - reh nga- ti a- ti,

sa- mu- ba rangkang ka- es - ti

6 1 2 3 2 2 1 6 1 1 12 2

ta- ta kra - ma em- pan pa - pan ka- tin- dak- na,

te- guh mul – ya u - ripten - trem lan ra - har - ja.

2. Sekar GAMBUH laras Slendro Pathet Mayura.

. . . . . .

1 2 2 1 1 2 6 5 6

Ki- dung - an ma- mrih gam – buh,

Pa- ku li nan- pu - ni - ku ,

3 5 3 2 3 5 5 5 3 5 6

Ka- gem - ing kang ka yung- yun- ra - ha – yu,

La- mun ke- rem gya- man- jing ke- pa – tuh,

2 1 6 1 2 2 2 2 2 1 1 2 6 5

ri- num- pa- ka gi- nu- bah sar- ta ri- na- kit

yen ke- pa- tuh da- dya pa- ka- rem- an nu- li

1 2 2 2 3 3 3 5 3

se- kar- an si- na- wung la- ngu

mangka yen wus ka- rem tu- hu

3 5 5 5 6 3 5 3 2

lo- wung ka- gem ce- gah wu- ngon

man- jing da- di wa- tak ing wong

Singkat bukan...??? Kita dapat melntunkannya seperti saat kita menyanyikan nyanyian seriosa, dengan nada yang naik-turunnya sangat bervariasi.

Sebenarnya apabila kita benar-benar serius untuk mempelajarinya, kita sudah tidak kesulitan lagi mencari lembaga kursus Tetembangan Jawa. Karena di Magetan sendiri telah didirikan lembaga kursus itu tadi yang bernama “Purbo Palupi” yang bertempat di Jl. Manggis

Ayo... buat tembang jawa semakin dikenal dunia.... Bahkan buat tembang lebih tenar dibandingkan simfoni 9 milki Luwig Van Beethoven atau Simfoni Bach.

Jika bukan kita yang mencintai budaya asli bangsa sendiri, siapa lagi? You wanna try?

Tokoh-Tokoh Pewayangan

KISAH TELADAN SANG WAYANG……


Dibalik kesan garang yang dimilki para tokoh pewayangan sebenarnya mengandung unsur filosofi yang cukup dalam. Jangankan mengetahui filosofi tersebut, kita sebagai masyarakat awam mungkin hanya mengenal beberapa tokoh yang cukup tersohor dari orang tua atau kakek-nenek kita. Bahkan sebagian dari lapisan masyarakat kita tidak mengenal sama sekali tokoh-tokoh yang ada dalam pertunjukan pewayangan.

Padahal pada tanggal 7 November 2003, wayang dianugerahi oleh UNESCO sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Sebagai contoh, Apabila kita bertemu dengan seorang siswa atau siswi di tengah jalan cobalah kita bertanya: Adakah tokoh pewayangan yang anda kenal atau ketahui? Pasti siswa atau siswi itu menjawab: Nggak tahu… atau nggak penting…!!!

Kisah para tokoh-tokoh pewayangan sebenarnya tak kalah dengan kisah-kisah yang dicatatkan dalam box office movie, Hollywood. Seperti:

ü Kisah Gatotkaca tak kalah heroik dengan kisah Superman si manusia baja,

ü Kisah Abimanyu yang gugur di tengah medan pertempuran tak kalah dengan cerita "Mel Gibson" dalam Film Brave Heart yang tewas dipenggal pasukan inggris.

ü Kisah Arjuna yang rupawan, dipuja banyak wanita, dan kesatria tanpa tanding tak kalah dengan cerita James Bond 007,

ü Kisah Baratayudha di Kurusetra, tak kalah seru dengan kisah pertempuran di Gondor dalam film Lord Of The Rings, dan

ü Kisah Rama dan Shinta yang tak kalah romantis dengan kisah Edward dan Bella dalm film Twiligt.

Setidaknya sebagai generasi penerus bangsa Indonesia yang memiliki budaya pewayangan, kita wajib meneladani filosofi yang ada di dalamnya. Meski tak dapat memainkannya dalam suatu seni pertunjukan wayang, minimal yang dapat kita lakukan adalah mengenal tokoh-tokoh pewayangan secara baik dan benar, serta sikap-sikap mereka yang arif dan elok untuk menjadi teladan bagi kita semua.

Sebenarnya apabila kita benar-benar ingin mengulik lebih lanjut tentang dunia pewayangan kita akan menemukan hal-hal yang menarik dan lucu. Seperti, Pandawa bersaudara yang ternyata memilki satu istri yang sama. Padahal sebagaimana yang kita ketahui Pandawa adalah para tokoh pewayangan yang bersaudarakan lima orang (Jadi satu istri dengan lima suami..??) Ternyata tidak salah, perempuan yang beruntung memiliki suami lima itu adalah Dewi Drupadi. Dewi yang dikenal cantik, lemah lembut, tak sungkan untuk mengajukan pendapat dan anggun. Dari sekian banyak tokoh pewayangan yang ada, dari ruang lingkup Pandawa saja kita dapat mempelajari filosofi dari Pandawa bersaudara.

Pandawapun tidak hanya memilki satu ibu, mereka lahir dari dua rahim yang berbeda tetapi masih dalam satu ayah yakni, Raden Pandhu Dewanata. Puntadewa, Bima dan Arjuna, misalnya. Mereka lahir dari rahim dewi Kunthi atau Dewi Pritha. Sedangakan Si kembar Nakula dan Sadewa lahir dari rahim Dewi Madrim.

a. Puntadewa / Yudhistira

Pertama yang dapat kita teladani adalah sikap dari Puntadewata yang konon ceritanya memilki darah yang bewarna putih (ludira seta) karena tokoh pewayangan yang satu ini terkenal akan kejujurannya dan tidak pernah bedusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sanagt tinggi dan suka memaafkan serta mengampuni musuh yang sudah menyerah. Bahkan ia tidak pernah membunuh, sekalipun itu musuh. Memiliki julukan Dhramasuta (putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Sangat setia terhadap isteri, anak dan keluarganya. Yudhistira sangat benci terhadap permusuhan. Walaupun bermandi harta, Yudhistira menentang poligami, sehingga isterinya hanyalah satu, Dyah Ayu Drupadi. Ketika muda, Yudhistira gemar berbusana yang indah-indah, tetapi setelah tua dia justru berpenampilan sederhana. Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Yang kita dapat contoh dari beliau adalah cinta akan perdamaian dan memegang teguh kesederhanaan

b. Bima

Dia datang dengan kekuatan yang sangat dasyat, berwujud ganas dengan lengan yang panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Dialah Bima...!!

Sebenarnya dari kesangarannya kita dapat meneladani sikap dari Bima yang juga dikenal dengan nama; Balawa, Birawa, Nagata, Kowara, Sena, atau Wijasena. Atau dalang-dalang jawa memanggilnya Werkodara, karena kegemarannya adalah makan. Bima memilki perawakan yang paling sangar diantara keempat saudaranya Meskipun demikian, ia memilki hati yang baik. Pandai memainkan senjata serta pandai dalam memasak.

Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memilki seorang putera dai ras rakshasa bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, mnamun gugur. Akhirnya bima memenagkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakanya.

Dia menganggap semua orang sama derajadnya, sehingga dalam cerita pewayangan jawa, dia tidak pernah bicara dalam Bahasa Krama Inggil (bahasa jawa yang nilai rasanya paling halus) juga tidak peranh duduk ketika berbicara dengan orang lain.
sifat khasnya yang lain, dia tidak suka berbasa-basi dalam berbicara, tanpa tading aling-aling dan tidak pernah menelan kembali ludahnya sendiri

Dari seorang Bima dapat kita pelajari bahwa; Seseorang tidak dapat dinilai dari penampilan, tak perlu takut kepada orang lain, karena di mata Tuhan kita sebagai manusia akan sama derajatnya dan meskipun kita yang berjuang mendapatkan kemenangan, namun apabila kita yakin bahwa itu bukan bidang yang kita kuasai, kita wajib menyerahkanya pada yang lebih menguasai bidang tersebut agar tidak terjadi kesalahan yang fatal.

c. Arjuna

Ketiga adalah Arjuna, dalam bahasa Sanskerta namanya memilki arti "yang bercahaya" ataupun "bersinar".

Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya, Kirti, Partha,serta Janaka jika dalm pewayangan jawa. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya meski dia adalh tumpuan kemenangan atas Pandawa dalam pertempuran akbar di Kurukshetra.

Dari seorang Arjuna yang dapt dapat kita teladani adalah, meski seorang yang tangguh dan memilki paras yanh menawan ia tak pernah menyombongkan diri serta tetap lemah lembut budinya.

d. Nakula

Dalam pedalangan Jawa disebut juga dengan nama Pinten (nam tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat diajdikan obat) itluah Nakula. Saudara keempat dari Pandawa yang sekaligus saudara kembar dari Sadewa ini memilki kekuatan yang dasyat bagaikan kekuatan 100 manusia.

Dropadi sempat berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya.

Mempunyai watak setia, taat, belas kasih, tahu membalas budi dan dapat menyimpan rahasia. dia memiliki kelebihan dalam ilmu pengobatan.
dikisahkan dia memiliki ingatan yang tidak terbatas, sehingga dapat mengingat semua hal yang pernah ia alami.

Yang dapat kita teladani adalah ia tidak pernah “ember” dengan apa yng dimilikinya dan meski ia lahir dari ibu bernama Madrim dengan Batara Aswin, ia sangat patuh dan senang melayani kakak-kakaknya. Yangmana kakak-kakaknya adalah putra dari Kunthi dengan suami ibunya, Madrim. Serta Nakula tidak pernah sombong akan kekuatannya.

e. Sadewa

Sadewa adalah kembaran dari nakula yang memilki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan Nakula. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya.

Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Mempunyai kepandaian 100 cendekia dan bijak bagai 100 resi. Dalam pedalangan Jawa-pun Sadewa memilki nama tersendiri, yakni Tangsen (buah dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat). Jika Nakula saudara kembarnya memiliki ingatan masa lalu yang kuat, sadewa memiliki penglihatan masa depan karena Sadewa adalah seorang ahli perbintangan yang ulung (ramalan) dan dianggap mengetahui kejadian yang akan terjadi dalam Mahabharata namun, ia dikutuk bahwa apabila ia membeberkan apa yang diketahuinya, kepalanya akan terbelah. Maka dari itu, selama dalam kisah ia cenderung diam saja dibandingkan dengan saudaranya yang lain.

Yang dapat kita teladani adalah sama seperti kemabarannya. Sadewa tidak pernah sombong akan kepandaiannya, tak banyak bicara namun ia menyimpan ”emas” dalam dirinya dan meski ia lahir dari ibu bernama Madrim dengan Batara Aswin, ia sangat patuh dan senang melayani kakak-kakaknya. Yang mana kakak-kakaknya adalah putra dari Kunthi dengan suami ibunya, Madrim.

CINTAILAH BUDAYA INDONESIA, sebelum menjadi tamu di negeri sendiri...!!

YOU WANNA TRY..???